Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA menemukan pelemahan rupiah hingga Rp15.000 per dollar AS membuat elektabilitas Jokowi-Maruf melorot.
Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa, mengatakan tren negatif tersebut berpengaruh pada perolehan 20% responden yang sudah disurvei.
"Dilihat dari hasil tersebut, isu naiknya kurs dollar AS cukup populer dan mayoritas masyarakat tak menyukai. Sekitar 20,9% lebih tidak mendukung, sedangkan 14,1% lebih mendukung, dan sisanya 50% sama saja," kata dia di kator LSI Rawamangun, Jakarta, Kamis, (27/9).
Menurut Ardian dari 1.200 responden yang diambil ada variabel tentang kekhawatiran kondisi perekonomian memburuk dari pelemahan rupiah sekitar 83,8%. Sementara untuk yang tak mengkhawatirkan hanya sebesar 11,6%.
"Dilihat dari hasil tersebut, isu naiknya kurs dollar AS cukup populer dan mayoritas masyarakat tak menyukai," katanya.
Peneliti muda itu juga mengaku menanyakan isu lain terkait dengan kenaikan rupiah pada dollar AS. Prosentase tersebut ada pada responden yang mengaku dollar AS naik berjumlah 54,2% dan yang tidak mengetahui isu tersebut hanya 36,9% sisanya memilih abstain.
Dari hasil survei tatap muka tersebut, LSI juga menanyakan faktor utama dollar AS melemah. Sekitar 50% lebih menyebut bahwa penyebab dollar AS melemah ada pada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati selaku pemangku kebijakan.
"Memang naiknya kurs dollar AS ini lebih banyak pemilih yang merasa Menteri Keuangan Sri Mulyani yang bertanggung jawab. Namun, ini juga memberikan sentimen negatif bagi petahana," tuturnya.
Survei LSI Denny JA menggunakan metode wawancara tatap muka kepada 1.200 responden di Indonesia. Survei memiliki margin of error sebesar 2,9%.