close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
ubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil (kedua kiri) bersama Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Agung Budi Maryoto dan Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Besar Harto (ketiga kiri) mengikuti deklarasi bersama pada acara Deklarasi Damai Bersama Pemilu Legislatif d
icon caption
ubernur Provinsi Jawa Barat Ridwan Kamil (kedua kiri) bersama Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Agung Budi Maryoto dan Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Besar Harto (ketiga kiri) mengikuti deklarasi bersama pada acara Deklarasi Damai Bersama Pemilu Legislatif d
Politik
Selasa, 18 September 2018 20:17

Survei: Pemilih Indonesia makin kebal terhadap politik uang

Hasil survei PolMark Indonesia menunjukkan para pemilih semakin mandiri memutuskan pilihan politiknya.
swipe

Politik uang yang dulu dianggap sebagai strategi ampuh buat menggaet para pemilih, kini menjadi kian tak relevan. Dalam hasil 142 survei yang dilakukan PolMark Indonesia, terungkap para pemilih saat ini semakin mandiri. 

142 survei PolMark dilakukan dalam rentang waktu Februari 2012-Juni 2018. Survei tersebut dilakukan pada tingkat kabupaten hingga provinsi, dengan melibatkan 123.330 responden.

“Pemilih di Indonesia semakin mandiri. Indikasinya adalah semakin banyak pemilih yang ketika ditanyakan siapa pihak yang paling berpengaruh membentuk pilihan mereka, jawaban yang besar itu datang dari diri sendiri. Jadi bertumpu pada diri sendiri,” kata Eep dalam diskusi publik bertema “Pemilih Makin Mandiri, Politik Uang Tidak Efektif” di hotel Veranda-Pakubuwono, Jakarta Selatan, Selasa (18/9).

Menurutnya, peranan para tokoh dalam membentuk pilihan politik para pemilih saat ini semakin rendah. Bahkan tokoh-tokoh agama, tak terlalu mempengaruhi pilihan politik para pengikutnya. 

“Tokoh agama yang dianggap biasanya sangat penting, perannya kecil saja. Apalagi tokoh partai politik. Tokoh partai politik hampir dalam semua survei, peranannya sangat rendah,” ungkap Eep.

Selain itu, survei juga menunjukkan bahwa politik uang tidak berbanding lurus dengan pilihan pemilih. Sehingga jika pun ada pemilih yang masih mau menerima uang, hal tersebut tidak akan mempengaruhi keputusan politiknya.

“Ada satu gejala di mana politik uang tidak efektif, sekalipun politik uang relatif marak. Penerimaan uang terjadi oleh pemilih, namun dampak elektoral terhadap pilihan mereka sangat rendah,” kata Eep menerangkan. 

Kabar buruk bagi kekuasaan

Eep menganggap riset PolMark Indonesia yang menguak fakta tentang kemandirian para pemilih Indonesia ini sebagai kabar baik. Namun bagi pengamat politik Rocky Gerung, riset ini justru merupakan kabar buruk bagi pemerintahan saat ini.

“Politik uang tidak efektif lagi, itu berita buruk bagi kekuasaan. Karena kekuasaanlah yang ingin pakai politik uang. Kalau oposisi pasti nggak pakai politik uang. Jadi tema tadi buruk bagi kekuasaan, baik untuk oposisi,” kata Rocky Gerung.

Rocky pun senang dengan riset yang disajikan oleh PolMark Indonesia ini. Menurutnya hal ini menandakan kalau pikiran politik orang Indonesia sudah cukup mapan dan independen, tidak terpengaruh uang.

“Riset yang bagus karena dia memperlihatkan gejala baru dalam politik Indonesia. Bahwa uang bisa beredar sampai ke desa, tapi pikiran politik tidak ditentukan oleh uang yang beredar. Disiram uang tidak akan mempengaruhi moral seseorang,” ucapnya.

Rocky juga mengingatkan pemerintah, agar tak lagi menjejali rakyat dengan sejumlah narasi indoktrinasi. Karena ia menegaskan, rakyat kini sudah cerdas.

“Data ini menunjukkan voters bukan lagi boneka. Yang boneka justru yang di depan monas itu.”

img
Rakhmad Hidayatulloh Permana
Reporter
img
Gema Trisna Yudha
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan