Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, berjanji tidak akan melakukan impor kebutuhan apapun dari luar negeri, jika terpilih pada Pilpres 2019. Namun Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf, Hasto Kristiyanto, menilai janji tersebut hanya sekadar retorika.
"Ya itu kan retorika ya, (sekadar) retorika," kata Hasto di Rumah Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (6/11).
Menurutnya, selama 32 tahun Orde Baru berkuasa, mereka telah melupakan sektor strategis untuk berdaulat. Dia menuding Prabowo mengetahui secara persis, bagaimana bangsa ini disetir oleh kepentingan-kepentingan asing saat itu. Hasto mengatakan, hal ini tidak terlepas dari peran tokoh-tokoh ekonom saat itu.
"Pak Prabowo dan juga keluarganya menjadi bagian dari hal tersebut," tudingnya.
Sebab itu, Sekjen PDI Perjuangan tersebut menegaskan politik tidak hanya sekadar retorika semata. "Politik memerlukan kerja nyata, melalui sebuah gagasan yang terukur yang bisa diimplementasikan, bukan sekedar retorika itu," sebutnya.
Hasto membandingkan dengan desain kebijakan Jokowi yaitu agar membuat bangsa ini semakin mandiri. Agar bisa mandiri, kuncinya terletak pada sumber daya manusianya, bukan sekadar memanfaatkan kekayaan alam yang berlimpah.
Hasto mengatakan, untuk membuat SDM di Indonesia "hijrah" dari konsumen menjadi produsen, haruslah tertera dalam perbuatan konkrit. Seperti yang tertuang dalam visi misi Jokowi-Maruf Amin.
"Visi besar pak Jokowi adalah membuat Indonesia lebih berdaulat, lebih mandiri dalam bidang ekonomi dan juga berkebudayaan, atas dasar percaya kepada kekuatan bangsa Indonesia," katanya.
Di tempat terpisah, calon wakil presiden Maruf Amin mengatakan untuk saat ini, Indonesia belum bisa terbebas dari impor.
"Menurut saya masih belum bisa, tapi kita sedang menuju ke arah sana. Tetapi sekarang belum (bisa)," jelasnya.
Dia pun mengatakan, jika diperlukan untuk kepentingan nasional, Pemerintah tentu akan tetap melakukan impor.