Tim sukses paslon Capres-Cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menegaskan bahwa mereka adalah korban kebohongan Ratna Sarumpaet, bukan pencipta hoax.
Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak, menegaskan pihaknya merupakan korban dusta Ratna Sarumpaet, bukan pencipta berita bohong.
"Menurut saya, kami adalah korban kebohongan Ratna Sarumpaet, jadi tentu kami serahkan sepenuhnya proses sosial dan proses politik maupun hukum terkait dengan Ratna Sarumpaet," kata Dahnil di Jakarta, Kamis (4/10).
Terkait dengan saran Koalisi Indonesia Kerja (KIK) yang ingin menjadikan tanggal 3 Oktober sebagai Hari Antihoaks Nasional setelah adanya kasus Ratna, menurut dia, harus dipahami secara mendalam.
Masyarakat jangan lupa ada pihak yang menjanjikan menciptakan pertumbuhan ekonomi 7%. Namun, kata dia, kenyataannya hanya 5%.
"Lalu ada kabinet ramping, kenyataannya gemuk. Bilang tidak impor, nyatanya impor. Deretan kebohongan yang banyak ini tepatnya bisa mengangkat menjadi Bapak Kebohongan Nasional nanti terkait dengan janji-janji itu," ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Achmad Baidowi mengatakan bahwa hoaks yang disebarkan Ratna Sarumpaet tidak boleh terulang lagi.
Oleh karena itu, menurut dia, sangat penting menjadikan momentum ini sebagai momen untuk lebih giat memerangi hoax.
"Untuk mencegah peristiwa terulang dan untuk membangun budaya bermedia sosial yang positif, pada tanggal 3 Oktober 2018 PPP mengusulkan ditetapkan sebagai Hari Antihoaks Nasional," kata Baidowi di Jakarta, Kamis (4/10).
Baidowi menilai hoax yang disebarkan Ratna Sarumpaet sangat tidak etis dan jauh dari beradab, bahkan dijadikan akrobat politik untuk menghantam lawan.
Kebohongan Ratna Sarumpaet, kata Baidowi, dianggap sebagai sebuah kebenaran oleh elite politik tanpa ditelusuri kebenarannya. (Ant).