close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Perajin menunjukkan mobil mainan yang dimodifikasi bergambar pasangan calon presiden di desa Singocandi, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (5/10)./Antara Foto
icon caption
Perajin menunjukkan mobil mainan yang dimodifikasi bergambar pasangan calon presiden di desa Singocandi, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (5/10)./Antara Foto
Politik
Jumat, 16 November 2018 18:20

Waspada gejala politik firehouse di Indonesia

Pengamat politik menilai saat ini propaganda ala Rusia sedang berlangsung di Indonesia.
swipe

Tensi politik bangsa saat ini menghangat. Jelang Pemilihan Presiden atau Pilpres 2019, dua kubu yang bersebrangan saling melempar wacana yang belakangan membuat gaduh.

Seperti pernyataan calon wakil presiden atau cawapres Sandiaga Uno soal tempe setipis ATM hingga pernyataan calon presiden atau capres Jokowi yakni politik sontoloyo dan gondoruwo

Tak ayal hal ini pun menuai pertanyaan publik apa yang sebenarnya sedang dilakukan kedua kandidat. Apakah benar gejala Firehouse and Falsehood yang pernah dilakukan Donald Trump di Amerika tengah terjadi di dalam politik Indonesia?

Menanggapi pertanyaan tersebut, Pengamat Politik Indonesian Public Institute Karyono Wibowo, membenarkannya. Ia mengatakan propaganda ala Rusia tersebut kini sedang berlangsung di Indonesia.

"Amat terasa sekali propaganda itu hadir, parameternya dan indikator sangat terlihat. Isu-isu yang merekayasa fakta makin marak untuk menciptakan ketakutan masyarakat," kata Karyono kepada Alinea.id.

Karyono menilai kubu penantanglah yang sedang memainkan propoganda tersebut. Sebab indikator dapat dilihat dari isu yang berkembang di masyarakat.

Apabila ingin menguji teori ini dengan melihat isu yang berkembang maka isu tersebut menciptakan ketakutan dalam bidang ekonomi dan politik. Ambil contoh soal tempe sekecil ATM, lalu 90% rakyat Indonesia masih miskin dan isu bangkitnya komunisme itu bertujuan untuk mendeligitimasi pemerintah. 

"Jadi kubu Prabawo dan Sandi yang memiliki kecenderungan menggunakan teori ala Rusia itu," ungkapnya.

Karyono memandang kubu Prabawo-Sandi telah berhasil membuat Jokowi-Ma'ruf telah masuk kedalam perangkap tersebut, karena bisa dilihat dari pernyataan Jokowi yang belakangan keluar dari pakemnya. Perkataan Jokowi mengenai politik sontoloyo dan politik Gondoruwo itu bentuk respon dari isu yang diangkat kubu sebelah. 

Bahkan kata Karyono menilai Jokowi dan timnya terpancing dan terjebak pada pola yang dimainkan oleh kubu kompetitor. Gaya komunikasi politik Jokowi dan Maruf Amin juga telah bergeser, akibat merespon gejala ini. 

Baiknya kata Karyono, Jokowi tidak perlu merespon berlebihan dari saran yang dilakukan kompetitor. Sarannya, tidak semua isu harus direspon dan Jokowi juga harus tetap ramah dan fokus pada pemenuhan janjinya. 

Hal senada juga diungkapkan oleh Pengamat Politik Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago, yang mengatakan dampak Firehouse tersebut telah terlihat di masyarakat. Saat ini masyarakat telah meributkan hal yang tidak subtantsial akibat adanya pertarungan narasi isu kedua kubu.

"Kedua capres dan cawapres tidak fokus pada soal subtantsial. Misalkan isu soal tempe dan politik Gondoruwo. Itu tidak penting," tukas Pangi kepada Alinea.id.

Sejatinya, adu narasi bukanlah hal yang dilarang dalam politik namun ada baiknya kedua kubu memerhatikan hal yang substantial dibutuhkan masyarakat sesuai data dan fakta yang ada.

Perang isu kata Pangi dan Karyono tidak masalah, tapi jangan dialihkan persoalan subtantifnya. Sebab, itu tak baik bagi citra capres dan cawapres. 

Lebih lanjut, Pangi menyarankan kepada masyarakat untuk tak terpengaruh dengan gejala ini, dan menyarankan kepada masyarakat untuk menunggu sampai debat kandidat digelar untuk memaparkan visi misinya.


 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Mona Tobing
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan