Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) mundur dari pencalonan sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Menurut OSO, dia lebih memilih membenahi Partai Hanura ketimbang bertugas sebagai penasihat Jokowi.
"Hati nurani saya masih punya tanggung jawab yang besar terhadap partai. Sedangkan untuk menjadi seorang anggota saja, Wantimpres itu harus tidak menjabat jabatan pimpinan parpol," kata OSO di Istana Negara, Jakarta, Jumat (13/12).
OSO mengatakan telah melaporkan keputusan mundur itu kepada Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno. Menurut dia, sudah ada tokoh dari Hanura yang bakal menggantikannya di Wantimpres.
"Dengan penolakan ini bukan berarti kita tidak menghargai, justru kami hargai apa yang dilakukan Presiden sebagai penghargaan kepada Hanura," ujar OSO.
Berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 137/L/2019 tanggal 12 Desember 2019, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk mantan Menko Polhukam Wiranto sebagai Ketua Wantimpres
"Saya sekarang sudah pulih. Siap betugas, siap bekerja kembali. Sekarang mau ke Istana, tunggu saja kabarnya yah," ujar Wiranto kepada wartawan di Kemenko Polhukam, Jakarta.
Namun demikian, Ketua DPP Hanura Inas Nasrullah Zubir menyebut Wiranto tidak mewakili partainya. Ia pun meminta Wiranto mundur dari jabatannya sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Hanura.
Menurut Inas, sesuai Undang-Undang No 19/2006 tentang Dewan Pertimbangan Presiden, anggota Wantimpres tidak boleh rangkap jabatan. "Termasuk jabatan di partai politik," ujar loyalis OSO itu.
Pasca-Pilpres 2019, hubungan Wiranto dan OSO memburuk. Tak lama setelah Hanura dipastikan tidak lolos ke parlemen, OSO sempat menyebut Wiranto sebagai penyebab terpuruknya Hanura. Di sisi lain, Wiranto justru menyebut OSO lalai membenahi partai.