Mantan Ketua Dewan Pembina Hanura Wiranto meminta Oesman Sapta Odang (OSO) mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum Hanura. Menurut Wiranto, OSO melanggar pakta integritas yang ia tanda tangani karena gagal mendongkrak perolehan suara Hanura di Pileg 2019.
"Dalam pakta integritas ini terdapat dua saksi, yakni Ketua Dewan Penasihat (Hanura) Pak Subagio dan Ketua Dewan Kehormatan Partai (Hanura) Pak Cahiruddin," ujar Wiranto di Hotel Atlet Century, Jakarta Pusat, Rabu (18/12).
Pakta integritas ditandatangani OSO pada 21 Desember 2016 atau saat terpilih menjadi Ketua Umum Hanura menggantikan Wiranto. Menurut Wiranto, terdapat sejumlah poin krusial yang wajib dipenuhi OSO setelah menjabat sebagai ketua umum.
Pertama, OSO bersedia mematuhi AD/ART Partai Hanura. Kedua, menjamin soliditas internal partai. Ketiga, memastikan kemenangan Partai Hanura di Pemilu 2019. Keempat, menjamin penambahan kursi Partai Hanura di DPR RI.
Selain itu, Wiranto mengatakan, OSO juga diamanatkan untuk membawa gerbong Partai Hanura menjadi lebih baik. Jika poin-poin itu dirasa tidak terpenuhi, disebutkan dalam pakta integritas, OSO wajib mengundurkan diri.
"Kami menanyakan kepada saudara OSO bahwa ini ada pakta integritas yang dia tanda tangani sendiri. Tolong baca kembali. Tolong disimak. Kami ingatkan ada perjanjian tertulis ini untuk OSO mundur. Maka, saya, kita harapkan (OSO) gentleman. Dia mundur dari Partai Hanura," ujar Wiranto.
Terpisah, Ketua DPD Hanura DKI Jakarta Ongen Sangaji menyebut Wiranto keliru. Menurutnya, gagalnya Hanura menembus ambang batas parlemen (parliamentary threshold/PT) karena ulah Wiranto sendiri.
"Kenapa partai ini tidak lolos PT karena ada dua versi yang dibangun untuk melakukan menggantikan Pak OSO secara tidak legitimate sehingga partai ini jadi kacau. Ternyata di balik itu Pak Wiranto bagian dari skenario itu untuk menjatuhkan Pak OSO," kata Ongen di Hotel Sultan, Rabu (18/12).
Menurut Ongen, upaya Wiranto mendongkel OSO dari kursi ketua umum membuat Hanura terganggu secara psikologis. Hanura bahkan sempat terbelah menjadi dua kubu, yakni kubu Manhattan (OSO) dan kubu Ambhara yang digawangi mantan Sekjen Hanura Syarifuddin Sudding.
"Bagaimana partai ini bisa berjalan dengan baik kalau kemudian ada upaya untuk menjatuhkan ketua umum. Ini terproses sampai dengan pemilu legislatif. Jadi, menurut saya, bukan Pak OSO tidak sanggup membawa partai ini lolos PT. Tapi, ada upaya-upaya yang kemudian dilakukan untuk menjatuhkan Pak OSO waktu itu," tutur Ongen.
Ongen mengatakan, ia siap membuktikan keterlibatan Wiranto untuk mendongkel OSO dari kursi Hanura-1. "Saya boleh jadi saksi. Saya saksinya," kata dia.